Jumat, 03 Juni 2011

Manusia Monyet

Putra Mahendra Gunawan: Mr. Darwin dalam penelitiannya pernah berkata bahwa manusia berasal dari monyet. Begitulah yang kita dengar dari para guru-guru kita di masa lalu, tatkala mereka mengajarkan tentang teori darwin. Awalnya penulis tersinggung tatkala para guru itu menerangkannya, masalahnya adalah kita manusia kok dikatakan sebagai anak cucu monyet, mentang-mentang posilnya mirip kali ya? namun kini penulis mengerti hikmah di balik teori darwin itu, ternyata bukan cuma posil manusia saja yang mirip dengan monyet, bahkan diantara kita tidak sedikit memiliki otak monyet, hati monyet dan tingkah monyet.

Mari kita merujuk pada realita komunitas manusia di sekitar kita, bahwa memang benar jika kita melihat dari sisi jasadinya terlihat jasad manusia, namun coba kita telusuri jalan pemikiran orang-orang di sekitar kita, tidak sedikit pola pemikirannya tak ubahnya bagaikan monyet. Telusuri juga secara psikologis terhadap gejala rasa, perasaannya juga tidak sedikit bagaikan perasaan monyet. Teliti jugalah perbuatannya, tidak sedikit berbuat bagai perbuatan monyet.

Monyet tidak pernah berpikir apakah pisang yang mereka makan itu haknya atau bukan, tidak perduli pisangnya hasil curian, hadiah, rampokan atau korupsi, yang penting monyet berpikir bagaimana agar perutnya kenyang, demi untuk keselamatan hidup dirinya dan keluarganya (komunitasnya). Setelah kenyang, mereka merasa puas. Begitulah seterusnya setiap hari, tanpa berfikir bagaimana caranya mengenyangkan perut tanpa harus mencuri, merampok, manipulasi, monopoli, kolusi dan korupsi. Setelah puas sejenak, kemudian mereka merasa tidak puas lagi, sehingga setiap hari tidak ada perubahan untuk berfikir dan bertindak yang lebih positif dan halal. Karena bagi komunitas monyet, semuanya itu halal, karena komunitas monyet tidak membutuhkan agama sebagai tuntunan hidupnya.

Diantara kita komunitas manusia, jujur saja kita berkata bahwa tidak sedikit diantara kita manusia ini yang berperasaan, berfikir dan bertindak tidak ubahnya bagaikan monyet, main rampas sana dan rampas sini, mencuri, merampok, manipulasi, monopoli, kolusi, korupsi dan egois untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, keluarga dan kelompok kita semata, tanpa harus berfikir dan bertindak untuk kemaslahatan universal. Maka pantaslah jika ibu kita sering berkata kepada kita "anak monyet", tatkala kita berbuat jahat seperti monyet. Kemungkinan besar itulah yang dimaksudkan oleh Mr. Darwin, secara tidak langsung Mr. Darwin ingin berkata kepada kita, bahwa diantara kita ada yang berpredikat "Manusia Monyet".

Semoga tulisan ini ada manfaatnya, untuk bahan renungan penulis ke depan dan pembaca sekalian, demi untuk kearah yang lebih baik yaitu perubahan peradaban dari peradaban manusia monyet menjadi peradaban manusia seutuhnya. Amin n aman yaa Allah. www.putramahendragunawan.blogspot.com.

Sabtu, 28 Mei 2011

Semua Orang Kaya

Prof. Dr. Hasan Asari Nasution di STAIN Padangsidimpuan pada hari Minggu, 29 Oktober 2011, jam 10.25 Wib di hadapan mahasiswa program pasca sarjana tatkala mengajarkan materi kuliah Pendidikan Islam Dalam Perundang-Undangan Indonesia berkata: "Pada hakikatnya semua orang kaya, ada yang kaya harta, kaya sawah, kaya ladang, kaya sawit, kaya karet, kaya jabatan, kaya pangkat, kaya fikiran, kaya hati, kaya uang, kaya beruang, kaya kambing, kaya kerbau, kaya lembu, kaya gitu dan kaya gini."

Dalam hati penulis berkata: "Semoga saya tidak termasuk kaya kaya beruang, kaya kambing, kaya kerbau, kaya lembu, kaya ular atau kaya monyet dan kaya-kaya lainnya yang berkategori alhayawani." Tetapi semoga penulis kaya hati, kaya fikiran dan kaya akhlakul karimah, amin n aman. Huwehehehee bisa aja pak Hasan Asari.

Dari ungkapan Pak Hasan Asari di atas, penulis beranggapan bahwa jika orang yang suka marah-marah dan merepet-repet berarti disebut sebagai kaya bebek. Orang yang suka hati mendua berarti kaya ular. Orang yang suka melipat-lipat keningnya berarti kaya jeruk purut. Huwehehehee. Semoga bermanfaat. www.putramahendragunawan.blogspot.com

Tujuan Hidup

Setiap makhluk ciptaan Allah memiliki tujuan hidup masing-masing, yang dijadikan sebagai acuan dalam berbuat untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan hidup bangsa Iblis adalah mengajak manusia dan jin sebanyak-banyaknya untuk masuk ke neraka. Itu sebabnya anak cucu iblis (syetan) kerjanya menggoda manusia dan jin untuk berbuat segala hal yang tidak diridhoi Allah, agar bangsa manusia dan jin menjadi jamaah Annar (neraka).

Malaikat hidup bertujuan untuk ta'at dan patuh kepada semua perintah Allah. Maka Malaikat kerjanya selalu beribadah kepada Allah dan memelihara segala sesuatu yang telah Allah ciptakan baik di langit maupun di bumi, baik di dunia maupun di akhirat.

Binatang hidup untuk kepuasan. Maka binatang bekerja untuk mencari kepuasan hidup semata, sehingga tidak perlu undang-undang kebinatangan dan hukum kehewanan, sebab jika diterapkan pada dunia hewan akan terkebirilah nafsu kehewanannya. Hewan biasanya hidup untuk makan, maka apapun yang bisa dimakan, hewan memakannya, tidak perduli apakah itu haknya atau bukan, yang penting puas.

Berbeda dengan manusia, manusia hidup bukan untuk makan, tetapi makan untuk hidup, kebalikan dari konsep hidup kebinatangan. Maka manusia diikat dengan hukum, perundang-undangan, adat, budaya dan peradaban, yang gunanya mengatur kehidupan manusia kearah yang lebih baik di dunia dan akhirat, itulah yang disebut dengan Agama. Tanpa agama, manusia akan jadi Iblis atau manusia iblis. Tanpa agama manusia akan jadi syetan atau manusia syetan. Tanpa agama manusia akan jadi binatang atau manusia binatang. Dengan agama tujuan hidup manusia jadi berubah, yang tadinya makan untuk hidup menjadi makan untuk beribadah kepada Allah yang telah memberikan kehidupan. Semoga bermanfaat. www.putramahendragunawan.blogspot.com