
Senin, 13 April 2009
Pantai Pandan

Kisah Qabil Dan Habil
Oleh : Putra Mahendra
Artinya: "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Q. S. Al-Maidah, A. 27).
Artinya: "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam." (Q. S. Al-Maidah, A. 28).
Artinya: "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim." (Q. S. Al-Maidah, A. 29).
Artinya: "Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi." (Q. S. Al-Maidah, A. 30).
Kejadian Qabil dan Habil terjadi di Makkah Al-Mukarromah, karena Adam dan Hawa hidup di Makkah, namun setelah Qabil membunuh Habil si Qabil melarikan diri ke Yaman, sebagaimana yang dituliskan dalam kitab Thobari: "Qabil melarikan diri dari ayahnya (Adam) menuju ke Yaman." Hal ini dapat kita buktikan dengan keberadaan gunung Qasiyun di kota Damaskus dari arah utara terdapat satu gua yang bernama "Maghorotud Dam" artinya "gua darah", yang sangat cukup terkenal dalam sejarah, oleh masyarakat umum diyakini sebagai tempat Qabil membunuh Habil.
Di sebelah kanan jalan dari arah Damaskus menuju Zabdani dan Balaudan di wilayah At-Takiyah terdapat gunung menjulang tinggi dan di atas lembah Bardi ada satu kuburan yang panjangnya sekitar 15 (lima belas) meter, sebagian besar masyarakat menyakini kuburan ini sebagai kuburan Habil. Silahkan anda teliti kebenarannya ke tempat itu dengan didampingi oleh juru kunci sang kuburan agar anda tidak tersesat di sekitar kuburan yang saya maksudkan, selanjutnya beri tahu saya untuk kita satukan jalan ceritanya. Selebihnya Allahu a'lam bissawwab. www.putramahendragunawan.blogspot.com
Sabtu, 04 April 2009
Menundukkan Pandangan Mata
Oleh: Ust. Putra Mahendra G. Nst.
Konsultasi SMS: Hp. 085276600050
Amirul Mu'minin 'Ali Bin Abi Tholib ra pernah ditanya tentang apa yang dapat membantu seseorang untuk menundukkan pandangannya. Beliau menjawab: "Kepasrahan pada kekuasaan-Nya yang mengetahui segala rahasiamu, mata merupakan pancaran hati dan cerminan aqal, karena itu tundukkanlah pandanganmu dari apa pun yang tidak disukai oleh hatimu dan dari apa pun yang dianggap oleh aqalmu tidak patut."
Allah berfirman:
"Katakanlah kepada kaum pria beriman, agar mereka menundukkan pandangan matanya dan menjaga kehormatannya." (Q. S. 24. An-Nuur, A. 30).
Mata merupakan pancaran hati dan cerminan aqal, tundukkan pandanganmu dari apapun yang tidak disukai oleh hatimu dan dari apapun yang dianggap tidak patut oleh aqalmu, insya Allah akan dikau lihat berbagai keajaiban.
Nabi Isa as pernah berkata kepada murid-muridnya: "Waspadalah untuk tidak melihat hal-hal yang dilarang, sebab itu merupakan benih nafsu dan menuntun kepada perilaku yang menyimpang."
Orang bijak berkata: "Aku lebih baik memilih kematian dari pada memandang sesuatu yang tidak perlu."
Abdullah ibnu Mas'ud berkata kepada seorang pria yang telah mengunjungi seorang wanita pada saat wanita itu sakit: "Akan lebih baik bagimu untuk kehilangan matamu dari pada mengunjungi wanita sakit itu."
Setiap kali mata melihat pada sesuatu yang dilarang, sesimpul nafsu diikatkan kepada hati orang tersebut dan simpul itu hanya dapat dilepaskan melalui salah satu dari dua syarat: Dengan mengisi dan menyesali dalam taubat yang sungguh-sungguh atau dengan memiliki apa yang dihasratkan dan dilihat. Dan jika memilikinya dengan cara yang tidak adil tanpa taubat, maka hal itu membawa kepada api neraka dan bagi yang taubat dengan penuh kesedihan dan penyesalan, maka insya Allah tempatnya di surga dan menjadi habibullah (keyayangan Allah). www.putramahendragunawan.blogspot.com
Kamis, 02 April 2009
Hakikat Penghambaan
Oleh: Ust. Drs. P.M. Gunawan Nst.
Penghambaan diri kepada Allah merupakan upaya pembebasan diri dari segala sesuatu selain Allah. Tariqat (jalan) untuk mencapai penghambaan diri kepada Allah ialah dengan cara menjauhkan diri dari segala hasrat, niat dan hajat yang tidak disukai Allah. Untuk itu amatlah perlu buat kita mensucikan diri kita dari segala sifat negatif yang tidak disuka Allah dan mengisi diri kita dengan sifat positif yang disuka Allah, maka insya Allah dengan cara penghambaan diri seperti ini kita akan mampu membuka tabir hijab antara diri kita dengan Allah, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah: "Sembahlah Allah seolah-olah kamu melihatNya. Tetapi jika kamu tidak dapat melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihatmu." (H.R. Muttafaqqun 'Alaihi).
Lihatlah huruf arab dalam bahasa Arab untuk kata "hamba" ('abdul) hanya ada 3 (tiga) huruf yaitu 'abd ('a='ain, b=ba dan d=dal). 'Ain merupakan singkatan dari ' ilmu artinya pengetahuan, pengetahuan pertama yang kita tahu sebelum yang lainnya adalah pengetahuan tentang Allah sewaktu kita berada di rahim ibu kita, di kala itu kita telah berhadapan langsung dengan Allah tanpa hijab dan dikala itu kita telah mengangkat saksi (syahadat pertama) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Ba dalam hal ini merupakan penggalan kata dari baun artinya jarak, maksudnya adalah bahwa kita dengan selain Allah memiliki jarak yang tidak dapat ditemukan seakrab mungkin, selalu ada dinding pemisah antara kita dengan selain Allah, siapapun dan bagaimanapun kita dengan selain Allah. Dal merupakan potongan dari kata dunuw artinya kedekatan, maksudnya adalah apapun, siapapun dan bagaimanapun kita, sesungguhnya kita pada hakikatnya sangatlah dekat dengan Allah tanpa ada hijab antara kita dengan Allah, hal ini dapat kita buktikan jika kita mau merenungi ruh siapa yang sedang kita pakai. Ruh yang kita pakai adalah ruh Allah dan ruh Allah tidak pernah berpisah dari zat Allah. inilah yang dimaksud dengan istilah: "Allah itu dekat, namun dekatNya tidak bersintuhan dengan hambaNya dan tatkala Allah menjauhi hambaNya maka jauhNya tidak berjarak." Dan inilah pula yang dimaksud dengan: "Dialah yang awal, yang akhir, yang nampak dan yang tidak nampak." Namun amatlah sedikit orang yang mengerti tentang hal ini, tetapi jika direnungkan berulang kali, insya Allah kita pasti menyadarinya. Namun sebagai hamba, kita tidak akan bisa menjadi Tuhan, sebab kita diposisikan sebagai hamba Allah, untuk itu jangan pernah bermimpi menjadi Tuhan di jagat Allah ini, solusinya adalah kita harus tahu diri bahwa kita hanyalah sebagai hamba Allah saja yang tidak lepas dari kewajiban beribadah hanya kepada Allah saja dan tidak pake tapi. Oce? www.putramahendragunawan.blogspot.com
1. H. Oemar Bakri, Tafsir Rahmat, Mutiara, Jakarta, Cet. 3, 1984.
2. H. Salim Bahreisy & H. Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Bina Ilmu, Surabaya, Cet. 1, 1984.
3. Al-Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul Al-Lathif Az-Zabidi, Mukhtashor Shohihul Bukhori, Daar As-Salam, Riyadh, Saudi Arabia, Cet. 1, 1417 H./1996 M.
4. Al-Imam Al-Hafizh 'Abdul 'Azhim bin 'Abdul Qawi Zakiyuddin Al-Mundziri, Mukhtashor Shohihul Muslim, Dar Ibnu Khuzaimah, Riyadh, Saudi Arabia, Cet. 1, 1414 H./1994 M.
5. Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu'Lu' Wal Marjan, Pentarjim H. Salim Bahreisy, Bina Ilmu, Surabaya, Tanpa Tahun.
Rabu, 01 April 2009
Hamba Allah
1. Akhlaq kepada Allah
2. Akhlaq kepada diri sendiri
3. Akhlaq kepada sesama makhluk dan
4. Akhlaq kepada dunia seisinya.
Setiap aspek tersebut didasari pada 7 (tujuh) prinsip, seperti halnya terdapat 7 (tujuh) prinsip akhlaq kepada Allah, yaitu:
1. Memberikan hak Allah kepada Allah
2. Menjaga hati, fikiran, ucapan dan perbuatan terhadap segala hal yang Allah tidak suka
3. Mensyukuri segala ni'mat dan karunia dari Allah
4. Mematuhi segala perintah Allah baik yang disurat maupun yang disirat
5. Menyabarkan diri dalam menghadapi segala cobaan dan ujian yang Allah berikan
6. Memuliakan kesucian Allah
7. Mencintai dan merindukan Allah.
Tujuh prinsip akhlaq terhadap diri sendiri, yaitu:
1. Merasa takut berbuat maksiyat
2. Mau berjihad (ta'muruna bilma'ruf wa tan hauna anil mungkar)
3. Menguatkan diri menahan segala kesulitan
4. Mendisiplinkan diri dalam ritual spiritual kepada Allah
5. Mencari kebenaran dan keikhlasan dalam berbuat
6. Menjauhkan diri dari segala hal yang dicintai selain Allah jika khawatir menyesatkan
7. Menjalani hidup apa adanya (zuhud dan rendah hati).
Tujuh prinsip akhlaq kepada dunia:
1. Merasa puas dengan apa yang telah dimiliki
2. Menyukai sesuatu yang dapat diraih dengan jalan halal dan menjauhi subhat dan haram
3. Menghindari pencarian sesuatu yang sukar dicapai, kecuali tidak ada jalan lain
4. Membenci segala hal yang berlebih-lebihan
5. Menahan nafsu dari hal-hal yang tidak diridhoi Allah
6. Mengenali kejahatan dunia untuk menjauhinya
7. Meniadakan pengaruh negatif dunia.
Jika semua sifat tersebut telah ada dalam diri kita, maka kita akan menjadi salah seorang golongan pilihan Allah, salah seorang hamba Allah, kekasih Allah, aulia Allah dan wali Allah yang diberikanNya pencerahan dunia wal akhirat. Insya Allah. www.putramahendragunawan.blogspot.com