Sabtu, 04 April 2009

Menundukkan Pandangan Mata

MENUNDUKKAN PANDANGAN MATA
Oleh: Ust. Putra Mahendra G. Nst.
Konsultasi SMS: Hp. 085276600050

www.putramahendragunawan.blogspot.com: Tidak ada yang lebih menguntungkan dibanding menundukkan pandangan bagi seseorang, sebab penglihatan itu tidak ditundukkan dari segala hal yang dilarang Allah, kecuali jika penyaksian pada keagungan dan kemuliaan telah tiba ke dalam hati sanubari, untuk dilanjutkan ke dalam hati ruhani dan hati nurani, agar pandai berhati-hati dan waspada hati, sebab hati merupakan lontera ilahi. Allah tidak memandang jasad, tetapi memandang hati. Jika jasad terluka, cukup panggil dokter mengobatinya. Namun jika hati terluka, haruslah memanggil dan menghadirkan Allah sebagai pengobatnya.

Amirul Mu'minin 'Ali Bin Abi Tholib ra pernah ditanya tentang apa yang dapat membantu seseorang untuk menundukkan pandangannya. Beliau menjawab: "Kepasrahan pada kekuasaan-Nya yang mengetahui segala rahasiamu, mata merupakan pancaran hati dan cerminan aqal, karena itu tundukkanlah pandanganmu dari apa pun yang tidak disukai oleh hatimu dan dari apa pun yang dianggap oleh aqalmu tidak patut."

Allah berfirman:
"Katakanlah kepada kaum pria beriman, agar mereka menundukkan pandangan matanya dan menjaga kehormatannya." (Q. S. 24. An-Nuur, A. 30).

Mata merupakan pancaran hati dan cerminan aqal, tundukkan pandanganmu dari apapun yang tidak disukai oleh hatimu dan dari apapun yang dianggap tidak patut oleh aqalmu, insya Allah akan dikau lihat berbagai keajaiban.

Nabi Isa as pernah berkata kepada murid-muridnya: "Waspadalah untuk tidak melihat hal-hal yang dilarang, sebab itu merupakan benih nafsu dan menuntun kepada perilaku yang menyimpang."

Orang bijak berkata: "Aku lebih baik memilih kematian dari pada memandang sesuatu yang tidak perlu."

Abdullah ibnu Mas'ud berkata kepada seorang pria yang telah mengunjungi seorang wanita pada saat wanita itu sakit: "Akan lebih baik bagimu untuk kehilangan matamu dari pada mengunjungi wanita sakit itu."

Setiap kali mata melihat pada sesuatu yang dilarang, sesimpul nafsu diikatkan kepada hati orang tersebut dan simpul itu hanya dapat dilepaskan melalui salah satu dari dua syarat: Dengan mengisi dan menyesali dalam taubat yang sungguh-sungguh atau dengan memiliki apa yang dihasratkan dan dilihat. Dan jika memilikinya dengan cara yang tidak adil tanpa taubat, maka hal itu membawa kepada api neraka dan bagi yang taubat dengan penuh kesedihan dan penyesalan, maka insya Allah tempatnya di surga dan menjadi habibullah (keyayangan Allah). www.putramahendragunawan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar